Sudah sekitar 15 menit
aku mengelilingi parkiran mall yang panas ini. Oh Tuhan hampir saja wajahku
berpeluh. Kulihat sosok mobil hitam mengkilat sekitar 5 meter di depanku, dan
dia pun sudah memberikan isyarat lampu.
Hhhh….
Aku menarik napas panjang. Akhirnya aku menemukanmu, pikirku dalam hati. Aku bergegas berjalan
perlahan kearah mobil sedan hitam mengkilat itu. Aku sudah merasa bahwa
seseorang di dalam mobil itu menatapku tajam pekat, mengamati setiap inci dari
langkahku. Seakan sedetik saja tak terlewatkan olehnya.
“ Susah ya nyari nya?”, Tanya nya ketika aku baru
saja memasuki mobil.
“ Iya, sedikit.”, jawabku singkat hanya dengan tersenyum kecil.
Ya, laki-laki tampan itu menatap tajam raut wanita
ini yang tampak gelisah, tak tersenyum, dan seakan tanpa gairah. Aku tidak
berani menatap balik wajanya, tetapi dia tanpa henti menatap aku. Aku tau dia merasakan
perih yang terpancar dari mataku.
Perlahan dia menyentuh pipiku, lembut sekali. Dikecupnya
pipiku.
Seperti biasa aroma tubuhnya yang tak pernah bisa
kulupakan. Aku hanya diam, tak membalas apa-apa atas perlakuan nya barusan. “Tolong katakan padaku, apa yang harus
kulakukan? Aku tak ingin membuatmu bersedih seperti ini.”, ucapnya.
“Tidak ada. Kau
tidak perlu melakukan apapun, sayang.”, jawabku singkat. Ia menghela nafas,
seakan tak puas dengan apa yang kukatakan.
“Aku
mencintaimu.”, ucapnya secara lugas, dan dengan tidak menatap wajahku.
“Percuma saja
kamu mencintaiku.”, jawabku dengan sedikit bergetar. Dengan cepat ia
lagi-lagi menatap tajam wajah ku. Aku juga
merasakan di dalam hatinya terdapat gundah.
“Tolong bantu
aku agar bisa lepas darimu. Aku terlalu mencintaimu, aku tidak ingin menyakiti istri
kamu, dan diriku sendiri. Tolong aku, apa yang harus kulakukan?” ucapku.
Lalu dia melumat bibirku dengan rakusnya karena mendengar pernyataanku barusan.
Hatiku sakit, sakit sekali. Balada seorang gadis
berumur 22 tahun yang menjadi pacar seorang suami berumur 32 tahun. Aku merasakan
lembut pada ciuman nya. Ya, seakan ini ciuman terakhir yang bisa kunikmati
dengan nya.
Aku tak tau apa yang harus kulakukan, yang kurasa
hanya aku seakan seperti wanita ter-bodoh sedunia, karena memiliki kisah kasih
dengan suami orang. Aku mencintainya, sangat mencintainya. Aku tak sanggup jika
harus berpisah dengan nya. Tapi aku juga tak ingin menyakiti diriku sendiri.
Aku ingin bangkit dan pergi dari semua ini.
“Hentikan,
Tony.”, ucapku sembari melepaskan percumbuan ini.
“Maafkan aku,
Laras.” ucapnya di telingaku. Aku hanya diam, tak berkata-kata. Kupindah
persneling dari netral ke gigi 2, merupakan pertanda bahwa aku sudah tak ingin
melanjutkan drama ini. Ia mengerti isyaratku, dipacunya mobil mewah itu dengan
kencang. Berjalan menyusuri liuk-liuk nya parkiran di mall itu. Dan kembali
memacu gas kecepatan tinggi saat keluar
dari area parkir. Sinar bulan malam itu menjadi saksi, saksi kisah cinta
terlarang diantara 2 insan yang sedang kasmaran.
Tony dan Laras.
By Febry
15 Januari 2013
20 : 30 WIB